Sinopsis kisah cinta gadis lumpuh dan pria penderita HIV.
Novel telah terbit seharga 35.000 Rupiah tebal 380 Hal. Kisah inspiratif yang
diangkat dari kisah perjuangan cinta dan membuat anda mengerti arti cinta
sesungguhnya dalam hidup. Dapatkan buku ini di seluruh toko buku Indonesia
Dalam hidupku, aku mungkin terlahir sebagai gadis yang
paling dicintai Tuhan, sejak kecil, aku kehilangan ayahku karena sebuah
kecelakaan. Ibu berjuang membesarkanku dengan mencuci pakaian hingga akhirnya
beliau memiliki toko Laundry. Ketika usiaku 22 dan tumbuh sebagai gadis yang
normal serta memiliki seorang kekasih yang hendak menikahiku, Sebuah kecelakaan
menghancurkan segalanya. Aku kehilangan kedua kakiku yang lumpuh dan kekasihku
walau tidak pernah mengatakan pisah padaku, takdir membuatku sadar kami harus
berpisah karena aku bukanlah gadis yang diharapkan menjadi menantu keluarganya,
karena mereka menyebutku gadis cacat.
Walaupun aku cacat, aku tidak pernah menyerah terhadap
hidupku. Aku tidak dendam terhadap orang yang telah membuatku cacat, walau ia
menghilang setelah kejadian itu. Hingga seorang pria yang begitu mencintaiku
datang, ia menerima keadaanku yang cacat. Namanya Martin, ia pria tampan yang
begitu sederhana dalam hidupku. Walaupun aku cacat, ia berjuang untuk hidupku.
Menjadi pria yang menjaga dan melindungiku. Kadang aku sampai bertanya? Apa
yang membuatnya begitu mencintaiku, rela menghabiskan waktu dan uangnya hanya
untuk membuatku yakin.
Kalau aku akan sembuh dan normal pada suatu saat nanti.
Suatu hari ia memberitahuku, ia memikili seorang dokter
yang dapat menyembuhkanku, ia memintaku ikut dengannya ke Amerika. Aku awalnya
berpikir ini mustahil, tapi berkat kuasa Tuhan dan Doa ibuku, akhirnya aku
benar-benar sembuh walaupun tidak bisa berlari, setidaknya aku masih bisa
berjalan tanpa kursi roda yang sudah bersamaku beberapa tahun belakangan ini.
Aku pikir aku akan menjadi gadis paling bahagia, setelah Martin melamarku tepat
di hari Valentine. Aku menerimanya, kami menikah dan hidup bahagia tapi tidak
untuk Martin, ia terusir dari keluarga dan materi yang biasa ia dapatkan
sebagai anak orang kaya.
Martin pria yang sangat bekerja keras, walau tanpa uang
dari ayahnya, ia mampu berkerja apapun sebagai suami. tapi 6 bulan setelah
pernikahan kami saat aku hamil 3 bulan. Ia tiba-tiba pingsan dihadapanku. Ia
Nampak tidak sehat sehabis pulang bekerja. Karena cemas aku membawanya ke rumah
sakit. Dan betapa hancurnya hatiku, saat dokter berkata kalau suamiku
terjangkit virus HIV. Aku menangis, menunggu saat yang tepat untuk bertanya
kepada suamiku, mengapa penyakit itu bisa ada dalam hidupnya. Tapi hal itu
tidak pernah aku tanyakan, karena lebih baik aku berpikir untuk fokus
menyembuhkan dirinya dari penyakit paru-paru basah miliknya, karena ia bekerja
sebagai pelatih renang dan itu lah penyebab paru-parunya penuh air.
Martin, tanpa aku bilang tentang penyakitnya, ia sudah
tau apa yang ada di dalam tubuhnya. Aku tau ia cemas, bayi yang kami kandung.
Mungkin ataupun aku, bisa terjangkit virus yang sama dengannya. Tapi sebagai
istri, aku berusaha kuat, walaupun aku cemas terhadap hasil akhir tes darah
yang akan diberikan dokter tentang kondisi tubuhku. Beberapa hari kemudian,
hasil tes mengatakan aku ataupun bayi di perutku tidak terjankit dan aku
bersyukur melewati cobaan ini.
Tanpa alasan yang aku mengerti, tiba-tiba kondisi Martin
begitu genting dan darurat. Dokter mengatakan, terjadi kompilasi penyakit
kuning dan rusaknya paru-paru. Aku menangis, memikirkan keadaan suamiku. Ia menatapku,
membesarkan hatiku. Tapi aku bisa melihat ada sesuatu di hatinya yang hendak ia
katakan padaku. Dokter mengatakan padaku, kalau kondisi suamiku mungkin sulit
disembuhkan dan mereka menyarankan aku mencari pengobatan di Singapura. Aku pun
menawarkan suamiku. Tapi ia menolak, ia meminta di rawat di sini. Aku hanya
terdiam, aku tau, ia tidak ingin dibantah dan aku hanya bisa berdoa kepadanya
agar Tuhan memberikan mujizat.
Sampai suatu hari, aku mulai mendapatkan kejujuran dari
suamiku, tentang hidupnya. Sebuah misteri yang tak pernah aku tau. Ia
mengatakan kalimat maaf setiap hari hingga 7 hari dengan berbagai hal yang
sulit kupahami.
Hari pertama, ia bicara padaku
“ Angel, aku ingin mengatakan sebuah kejujuran dalam
hidupku. Hal pertama yang ingin kukatakan padamu, aku tau aku terjankit virus
HIV Sejak 1 bulan setelah pernikahan kita, aku minta maaf padamu, mungkin ini
dosaku, di masa mudaku, hidup terlalu bebas dan kini menerima akibatnya ”
Aku hanya tersenyum dan berkata.
“ Tidak apa Martin, karena semua sudah menjadi jalannya.
Aku ataupun bayi yang sedang kita kandung sehat negative dari virus HIV,
janganlah kamu merasa bersalah. ”
Hari kedua, ia kembali bicara padaku.
“ Angel, aku ingin mengatakan kejujuran kedua dalam
hidupku. Aku adalah orang yang membuatmu cacat dan pelaku dari tabrak lari yang
membuatmu lumpuh. Maafkan aku..”
Aku shock, aku sadar memang terlintas Martin adalah
pelaku yang membuatku cacat, tapi aku pun bisa menerima keadaan itu.
“ Aku tau sejak awal kamu adalah orang yang membuatku
cacat, tapi aku bisa mengerti. Aku sadar kamu begitu menyesali kejadian itu,
kamu hadir dalam hidupku, begitu bersemangat membuatku sembuh. Itu sudah
membuktikan kalau kamu merasa menyesal dan bertanggung jawab”
“ Aku terpaksa melakukan itu, lari dari tanggung jawab.
Karena orang tuaku tidak mau di penjara dan memintaku lari keluar negeri,
setelah aku bisa kembali,aku pun mencarimu, melihatmu dengan keadaan lumpuh,
aku sungguh berdosa. Aku memohon maaf atas ketidakjujuran selama ini.”
“ Lupakan saja Martin, aku sudah memaafkanmu sejak kamu
berani muncul padaku. Aku bahagia dengan semua ini, janganlah merasa
bersalah..”
Martin hanya tertunduk walaupun ia masih berasa bersalah.
Hari ketiga ia pun bertanya padaku.
“ Angel andai aku sembuh, maukah hidup denganku sebagai
pria HIV, apakah kau tidak takut padaku?”
Aku menjawab dengan hatiku yang tulus.
“ Martin, ketika aku disebut gadis cacat, kamulah orang
yang selalu melindungiku, mengendongku saat aku tidak bisa menaiki tangga,
menikahi gadis cacat sepertiku, bahkan menghabiskan uang yang banyak untuk
kesembuhan hidupku, berpisah dengan kelurgamu. Kamu menerima aku sebagai gadis
cacat, itu adalah kebesaran hidup yang paling indah buatku, sekarang kalaupun
sakit, biarkanlah aku menjaga dan merawatmu, dengan cinta yang sama saat kau
berikan padaku yang cacat”
Martin menangis mendengarkan itu, aku pun menangis, ia
bahkan sampai diusir dari keluarganya karena menikah denganku. Ayahnya orang
kaya, tidak akan sudi memanggilku menantu.Karena aku cacat saat dulu.
Hari keempat ia kembali bicara padaku, wajahnya semakin
pucat. Aku tau, kondisinya memburuk.
“ Angel bersediakah kau pergi menemui keluargaku,
menyampaikan permohonan maafku, kepada ayah, ibu dan adikku,memberitahukan
kepada mereka, kalau kau sedang mengandung cucu mereka.?”
Aku tau ini jawaban yang sulit, tapi aku pun menyanggupi,
aku tau mereka akan menolakku atau bahkan mengusirku tapi demi Martin, aku
berjuang untuk menyampaikan pesan suamiku. Aku tiba dirumah mereka, menekan
bel. Ibunya menyambutku dengan kalimat “ Gadis cacat tidak tau malu, “ aku
tetap menaruh senyumku. Ayahnya muncul tapi hanya memperhatikanku sambil
berkata” Mau apalagi? Sudah cukup mengambil putraku? Apalagi yang kurang?”
Aku dengan tenang berkata, “ Ayah dan ibu, saat ini
Martin terbaring sakit, ia memintaku untuk datang pada kalian. Walaupun aku
tau, sulit untuk kalian menerimaku, tapi setidaknya biarkanlah aku memohon
kepada kalian untuk melihat Martin, ia ingin berjumpa dengan kalian. Kalaupun
kalian tidak sudi untuk itu, aku ingin kalian tau, Martin memohon Maaf kepada
kalian, andai kata ia tidak menjadi anak yang berbakti. Aku sedang hamil dan
beberapa bulan lagi akan melahirkan. Setidaknya izinkan cucumu ini kelak
menemuimu dan memanggilku kakek dan nenek.”
Aku pergi dengan berlinang air mata, ayah dan ibu Martin
tidak menjawab apapun. Aku sedih dan menghampiri Martin, mengatakan semua yang
sudah kulakukan. Ia membelai kepalaku, membesarkan hatiku dan berkata kalau
kelak ayah dan ibunya akan menerima aku dan cucunya.
Hari ke lima, Martin kembali bicara padaku.
“ Angel, bolehkah kau membuatkanku makanan yang ingin
sekali kumakan?”
“ Makanan apa Martin.”
“ Sejak menikah denganmu, aku paling suka masakan sayur
lodeh buatanmu. Bisakah kau membuatkanku itu?”
“ Aku akan buatkan untukmu.”
Aku pulang ke rumahku, dengan wajah penuh kesedihan. Aku
sadar, ibuku pernah berkata, bila seseorang meminta makanan yang hendak ia
makan, artinya cepat atau lambat, makanan itu akan menjadi makanan terakhir
yang ia makan. Sejak kecil ia terbiasa makanan mewah, hidup bersamaku dengan
makanan kampung membuatnya lebih bahagia. Dengan penuh kesedihan aku membuatku
makanan itu, membawanya kepada Martin. Ia menyantapnya dengan lahap, padahal ia
tidak pernah mau makan beberapa hari terakhir karena merasa tidak nafsu makan.
Hari ke enam menjelang hari ketujuh.
Martin membelai perutku yang mulai membesar, dan
bertanya.
“ Apakah kamu tau, apa jenis kelamin bayi kita?”
“ Kata dokter, ia akan menjadi anak perempuan.”
“ Aku senang, aku boleh memohon padamu Angel?”
“ Katakan Martin..’
“ Berikan nama anak kita Angel, seperti namamu, karena
namamu begitu indah terdengar. Bersediakah kau lakukan itu untukku.”
Aku menahan tangisku, aku pun menyanggupi permohonan
Martin. Ia mulai merasa tak kuat menahan rasa sakitnya. Terkadang aku
sedih melihatnya saat kesakitan, tapi aku tak bisa melakukan apapun selain
berdoa agar dirinya lekas lepas dari penderitaan begitu berat baginya.keesokan
harinya, hari paling berduka dalam hidupku. Hari yang tak akan pernah terlupa
dalam hidupku. Martin tiba-tiba meminta dokter memanggilku dan bicara padaku.
“ Angel, kau harus tau, hidupku mungkin singkat di dunia
ini. Tapi di dalam hidupku hanya tersimpan dua hal yang akan pernah kulupakan.
Hal pertama adalah saat aku pertama kali jatuh cinta padamu, dan kedua, saat
aku bisa melihatmu berjalan. Andai aku kelak tak ada lagi, berjanjilah padaku,
merawat anak kita hingga menjadi anak yang berbakti, berikah kasih sayang yang
tak sempat kuberikan padanya. Dan katakan padanya, aku sangat mencintainya..”
“ Kenapa kamu bicara seperti itu Martin, kamu jangan
tinggalkan aku.. aku tidak bisa hidup tanpamu?” kekuatan hatiku hilang saat itu
untuk tegar.
“ Kamu adalah gadis kuat, aku percaya kamu akan bertahan
dan berjanji hidup untukku..”
“ Aku takut..”
“ Berjanjilah, padaku..”
Dengan berat hati aku berjanji padanya. Saat itulah aku
melihatnya pergi terakhir kalinya dalam hidupku. 7 Hal yang ia katakan sebelum
pergi menyadarkan aku betapa ia sangat berarti dalam hidupku. Betapa dia adalah
orang yang telah membuatku hidup sebagai gadis kuat yang mampu bertahan dari
cobaan berat dalam hidupku.Martin pun meninggal dengan membawa kenangan
terindah dalam hidupku.
Kutaburkan abu hidupnya yang terakhir di laut, kujanjikan
masa depan anak kami untuk mengenangnya.Ia mungkin pergi dalam hidupku, tapi ia
mengajarkan kepadaku arti cinta sesungguhnya. Arti cinta dan pengorbanan bagi
dirinya. Cinta yang membuatnya kehilangan segalanya. Harta dan keluarganya,
tapi tidak kebesaran hatinya untukku.
Semoga saja kisahku ini menjadi kekuatan kalian untuk
memberikan arti cinta tanpa berharap balasan yang tidak bisa dihargai dengan
uang ataupun berlian sekalipun.
Tamat.
Kisah ini terdapat dalam novel Agnes Davonar berjudul
MY LAST LOVE.
No comments:
Post a Comment