Saturday 22 March 2014

LAPORAN UJIAN PRAKTIKUM FISIKA Pengukuran Percepatan Gravitasi, Berat dan Tebal Pada Alat Ukur Statif, Neraca, dan Mikrometer Skrup

LAPORAN UJIAN PRAKTIKUM FISIKA
Pengukuran Percepatan Gravitasi, Berat dan Tebal
Pada Alat Ukur Statif, Neraca, dan Mikrometer Skrup
Disusun Oleh :
Nur Syahbani
XII IPA 4






SMA NEGERI JATINANGOR
Jl.Raya Jatinangor KM. 22 Tlp. (022) 7782096 Sumedang 45363
E-mail : sman jatinangor@yahoo.co.id
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunianya sehingga saya dapat menyusun Laporan Praktikum Fisika  ini tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Fisika yaitu tentang “Pengukuran Percepatan Gravitasi, Berat dan Tebal Pada Alat Ukur Statif, Neraca, dan Mikrometer Skrup”. Selain itu juga laporan ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita terhadap ukuran suatu benda, karena benda memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Saya sangat bersyukur bahwa di dalam pembuatan laporan ini berkat bantuan dan tuntutan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak terlepas dari bantuan guru mata pelajaran fisika yaitu Bapak Muhamad Luthfi, S.Si dan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengahaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan laporan fisika ini.
Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materi nya, namun penulis tetap berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri, umumnya untuk semua pembaca laporan fisika ini.
Jatinangor, 3 Maret 2014

Penulis,
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1  Standar Suatu Satuan Besaran Fisika
Pengukuran semua besaran sebenarnya statif terhadap suatu standar atau satuan tertentu, dan satuan ini dipastikan disamping nilai numeriknya. Satuan internasional yang pertama adalah meter, dinyatakan sebagai standar panjang oleh French Academy of Sciences, pada tahuan 1970-an. Meter standar awalnya ditentukan sebesar satu persepuluh juta dari jarak antara garis equador bumi dengan salah satu kutub, dibuatlah sebuah penggaris platinum untuk mempersantesikan panjang ini. Tahun 1889, meter didefinisikan sebagai jarak antara dua tanda yang dibuat jelas pada sebuah penggaris campuran platinum iridium. Tahun 1960, meter didefinisikan sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang cahaya jingga yang dipancarkan oleh gas krypton 86. Tahun 1983 meter kembali didefinisikan ulang dalam hubungannya dengan kecepatan cahaya. Difinisi yang barui adalah: ‘’ Meter merupakan panjang jalur yang dilalui oleh cahaya pada ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792.456 sekon (s) selama bertahun-tahun, sekon didefinisikan sebagai 1/86.400 dari rata-rata hari matahari sebagai satuan standar waktu. Standar sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk 9.192.631.770 periode radiasi ini. Adapun standar massa adalah kilogram (Kg), yaitu sebuah platinum-iridium  khusus, yang disimpan di internasional bureau of luieghts and measures didekat kota paris yang massanya didefinisikan tepat 1 kg (Glancolli, 2001:10-12).
Konferensi umum mengenai berta dan ukuran ke 14 (1971) menetapkan 7 besaran sebagai dasar bagi system satuan internasional, dari bahasa francis: le sisteme internasional de unites. “pada satuan Si ini standar panjang adalah meter, standar waktu adalah sekon, dan standar massa adalah Kg, system ini disebut system MKS.
Adapun system metric lainnya adalah system CGS, dimana centi meter, gram dan sekon adalah satuan standar untuk panjang massa dan waktu. Brits enjenering system memakai standar foot untuk panjang, pourd untuk gaya dan sekon untuk waktu (Halliday, 1998:5-6).
Saat melakukan pengukuran, kita tidak lepas dari kesalahan. Kesalahan ada 2 macam, yaitu; kesalahan sistematik dan kesalahan acak. Adapun kesalah sistematik diantarannya kesalahan kaliberasi, kesalahan titik nol, kesalahan alat lainnya, gesekan, kesalahan paralaks, dan keadaan saat kerja. Kesalahan-kesalahan itu akan menyebabkan penyeimbangan hasil pengukuran. Namun pada prinsipnya kesalahan tersebut dapat dikoresi atau diperhitungkan. Selain kesalahan, ada ketidakpastian pengukuran terulang. Sedangkan kesalahan acak ditimbulkan oleh kondisi lingkungan yang tidak menentu, yang mengganggu kerja alat ukur, misalnya gerak brown , fluktuasi, tegangan listrik, derau (noise) elektronik yang bersifat acak dan sukar dikendalikan (istiyono, 2005:11-13).
Pengukuran sebenarnya merupakan proses perbandingan nilai besaran yang belum diketahui dengan nialai standar yang sudah ditetapakan. Dalam fisika dan tekhnik, pengukuran merupakan aktifitas yang membandingkan kuantitas fisika dari objek dan kejadian dunia nyata. Alata pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur terkena error peralatan yang bervariasi. Bidang ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran dinamakan metrologi.
Fisikawan menggunakan bnayak alat untuk melakukan pengukuran mereka. Ini dimulai dari alat yang sederhana seperti penggaris dan stopwatch sampai ke mikroskop electron dan pemercepat partikel. Instrumen digunakan luas dalam pengembangan alat ukur modern (Anonim, 2010).

1.2  Percepatan Gravitasi
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana memiliki periode alias waktu yang dibutuhkan benda untuk melakukan satu getaran secara lengkap. Benda melakukan getaran secara lengkap apabila benda mulai bergerak dari titik di mana benda tersebut dilepaskan dan kembali lagi ke titik tersebut.
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya maka benda akan diam di titik kesetimbangan B. jika benda ditarik dari posisi A lalu di lepas benda akan mulai bergerak dari titik A lalu ke titik B, titik C dan kembali lagi ke B dan A. Urutannya adalah A-B-C-B-A. Seandainya benda dilepaskan dari titik C maka urutan gerakannya adalah C-B-A-B-C.
Mencari periode dalam praktikum ini dapat digunakan rumus:
Keterangan:
1. T          : Periode
2. t           : waktu
3. n          : jumlah getaran


Gravitasi adalah gaya tarik menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Fisika modern mendeskripsikan gravitasi menggunakan Teori Relativitas Umum dari Einstein, namun hukum gravitasi universal Newton yang lebih sederhana merupakan hampiran yang cukup akurat dalam kebanyakan kasus.
Sebagai contoh, bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk makhluk hidup, dan benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada di luar angkasa, seperti bulanmeteor, dan benda angkasa lainnya, termasuk satelit buatan manusia.
Beberapa teori yang belum dapat dibuktikan menyebutkan bahwa gaya gravitasi timbul karena adanya partikel gravitron dalam setiap atom
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  PENGUKURAN
1.    Pengertian Pengukuran
Pengukuranadalah kegiatan membandingkan nilai besaran yang diukur dengan alat ukur yang ditetapkan sebagai satuan. Contoh: mengukur panjang meja dengan sebatang pensil (panjang meja sebagai besaran, pensil sebagai alat ukur, dan panjang pensil sebagai satuannya).
2.    Pengertian Alat Ukur
Alat Ukur adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur suatu besaran.
Berbagai macam alat ukur memiliki tingkat ketelitian tertentu. Hal ini bergantung pada skala terkecil alat ukur tersebut. Semakin kecil skala yang tertera pada alat ukur maka semakin tinggi ketelitian alat ukur tersebut.
3.    Jenis Alat Ukur
Jenis alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengetahui nilai besaran dari sebuah benda. Untuk ukurannya sendiri telah disesuaikan dengan standar SI, seperti meter untuk ukuran panjang, gram untuk satuan massa, dan second/detik untuk satuan waktu.
3.1  Alat Ukur Panjang
Untuk mengukur panjang suatu benda, anda dapat menggunakan mistar, rolmeter, jangka sorong, dan mikrometer skrup. Dalam mengukur panjang suatu benda, selain memperhatikan ketelitian alat ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur.


A.  Penggaris / Mistar
Mistar adalah salah satu alat ukur panjang yang paling sering anda gunakan pada kehidupan sehari.hari. Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. Ketelitian mistar adalah ½ x skala terkecil = 0,05 cm. Dengan ketelitian 0,05 cm ini maka mistar dapat anda gunakan untuk mengukur panjang sebuah buku atau pensil.
Panjang balok di atas adalah 3,2 cm.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk membaca hasil pengukuran dengan mistar :
1.    Pastikan bahwa titik nol skala mistar telah berimpit dengan salah satu ujung benda yang diukur panjangnya.
2.    Baca skala yang ditunjukkan oleh ujung benda yang satunya.
3.    Nyatakan hasil pengukuran yang anda peroleh dalam 2 desimal sesuai tingkat ketelitian mistar.
Hasil pengukuran dengan menggunakan suatu alat ukur dapat dinyatakan dengan format sebagai berikut :Hasil pengukuran = xo+Dx.
Keterangan :Dengan xo = hasil pembacaan pengukuran dengan alat ukur dan, Dx  = ketidakpastian alat ukur
Untuk mistar karena ketelitiannya atau ketidakpastiannya = 0,05 cm (2 desimal) maka xo harus dinyatakan dalam 2 desimal pula. Misalnya L = (4,95 + 0,05) cm.
B.  Jangka sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin.
       Pada gambar diatas ditunjukkan bagian-bagian dari jangka sorong. (sorot masing-masing bagian dari jangka sorong tersebut untuk mengetahui nama setiap bagian).
            Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser.
            Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat).
            Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan jangka sorong untuk keperluan tersebut
a.    Mengukur diameter luar
a.Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat dilakukan dengan langkah  sebagai berikut
·         Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
·         Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
·         Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang
·         Catatlah  hasil pengukuran anda
b.     Mengukur diameter dalam
b.Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah  sebagai berikut :
·         Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
·         Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut
·         Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur
·         Catatlah  hasil pengukuran anda
c.    Mengukur kedalaman
c.Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
·         Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
·         Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
·         Geserlah rahang geser kebawah  sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.
·         Catatlah  hasil pengukuran anda.
Hasil pembacaan =  4,74 cm atau 47,4 mm
            Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
·         Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala nonis.
·         Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
·         Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
·         Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong)  =  Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)
C.  Mikrometer Skrup
Mikrometer skrup merupakan alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi yaitu 0,005 mm. Mikrometer skrup dapat dipergunakan untuk mengukur tebal kertas, diameter kawat tipis, tebal plat tipis yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi (akurat). Seperti halnya jangka sorong, mikrometer skrup terdiri atas :
·         Rahang tetap yang berisi skala utama yang dinyatakan dalam satuan mm. Panjang skala utama mikrometer pada umumnya mencapai 25 mm. jarak antara 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,5 mm.
·         Poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar (bidal). Pada ujung bidal terdapat garis skala yang membagi menjadi 50 bagian yang sama yang disebut skala nonius.
·         Rahang geser yang dihubungkan dengan bidal, yang digunakan untuk memegang benda yang akan diukur bersama dengan rahang tetap.
Untuk menggunakan mikrometer skrup dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
·         Putar bidal (pemutar besar) berlawanan arah jarum jam sehingga ruang antara rahang tetap dengan rahang geser cukup untuk menempatkan benda yang akan diukur.
·         Letakkan benda yang akan diukur diantara rahang tetap dan rahang geser.
·         Kemudian putar bidal (pemutar besar) searah jarum jam sehingga benda yang diukur terjepit oleh rahang tetap dan rahang geser.
·         Putar pemutar kecil (roda bergerigi) searah jarum jam sehingga skala nonius pada pemutar besar tidak bergeser lagi.
·         Baca hasil pengukuan yang diperoleh.
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan mikrometer skrup dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
·         Tentukan nilai skala utama yang terdekat dengan selubung silinder (bidal) dari rahang geser (atau skala utama yang berada tepat didepan/berimpit dengan selubung silinder luar rahang geser)
·         Tentukan nilai skala nonius yang yang berimpit dengan garis mendatar pada skala utama. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil mikrometer skrup) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 mm)
II.    Alat Ukur Massa
Untuk mengukur massa suatu benda digunakan neraca. Dari segi bentuk, alat ukur massa dalam fisika sangat berbeda dengan alat ukur massa yang sering kita jumpai di dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita kenal neraca sama lengan yang biasa kita jumpai di toko mas, neraca"dacin" gabah, ada pula neraca pasar yang biasa digunakan untuk menimbang sayuran dan bahan pokok dipasar, dan bahkan ada neraca pegas yang sering digunakan ibu-ibu untuk menimbang bahan-bahan kue.
Dari sekian banyak bentuk neraca, neraca yang paling sering digunakan dilabolatorium adalah neraca lengan, neraca pelat datar dan neraca inersia, tetapi neraca ini mungkin sangat sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip kerja neraca ada 4 macam yaitu prinsip kesetimbangan gaya gravitasi (contohnya : neraca sama lengan), prinsip kesetimbangan momen gaya (contohnya: neraca dacin), prinsip kesetimbangan gaya elastis dengan gaya gravitasi (contohnya : neraca pegas), dan prinsip inersia/kelembaman.

A.     Neraca 3 Lengan (O’haus)
            Neraca adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda.Pada umumnya neraca 3 lengan (sering disebut sebagai neraca Ohause) memiliki batas ukur hingga 600 gram.tingkat ketelitian hingga 0.01 g.
Neraca 3 lengan terdiri atas :
·         Penyangga beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
·         Lengan neraca yang terdiri atas 3 lengan yaitu lengan paling belakang yang memiliki skala dari 0-100gram dengan jarak antar skala 10 gram. Lengan yang terletak di tengah-tengah yang memiliki skala dari 0-500gram dengan jarak antar skala adalah 100 gram. dan lengan paling depan yang memiliki skala dari 0-10 dengan jarak antar skala 0,1 gram.
·         Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
·         Titik 0, yang digunakan untuk menentukan titik kesetimbangan.
Skala terkecil dari neraca tersebut adalah 0,1 gram (yaitu jarak antar skala pada lengan yang paling depan). Ketelitian dari neraca adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian neraca adalah : Dx = ½ x 0,1 gram = 0,05 gram
            Dengan ketelitian 0,05 gram, maka neraca 3 lengan dapat dipergunakan untuk mengukur massa sebuah benda dengan lebih teliti (akurat).
            Untuk mengukur massa suatu benda dengan menggunakan neraca 3 lengan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
·         Siapkan benda yang massanya mau diukur, kemudian tempatkan benda tersebut diatas penyangga beban (bagian neraca untuk menempatkan benda yang akan diukur).
·         Geser anting (pemberat) pada masing-masing lengan dimulai dari pemberat paling besar hingga pemberat paling kecil sedemikian sehingga lengan neraca dalam keadaan setimbang (horizontal) yang ditandai dengan berimpitnya garis mendatar pada ujung lengan dengan titik 0 (nol).
·         Setelah posisi lengan setimbang, maka bacalah hasil pengukuran yang anda peroleh.
            Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca 3 lengan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
·         Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing lengan neraca.
·         Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
·Hasil = Pembacaan skala pada lengan tengah + Pembacaan skala pada lengan Belakang + Pembacaan skala pada lengan depan




B.     Neraca 2 Lengan
Neraca Dua Lengan, yaitu neraca yang biasanya terdapat di laboratorium, bentuknya seperti pada gambar di diatas. Cara pemakaian neraca ini hampir sama dengan cara pemakaian neraca pasar, bedanya bandul neraca yang terdapat pada neraca pasar dapat digantikan dengan barang lain. Jenis neraca ini biasanya digunakan untuk mengukur massa emas dan kristal dengan ketelitian mencapai 0,1 gram.

C.     Neraca Lengan Gantung

Neraca ini biasanya digunakan oleh para pedagang. Cara penggunaannya relatif mudah. Anda tinggal menempatkan benda yang akan diukur pada tempat penyimpan beban. Kemudian geser beban pemberat disepanjang batang bersekala sampai setimbang. Kemudian baca skala pada batang tersebut.
            Prinsip kerja neraca ini mengikuti hukum tuas (persamaan momen). Dalam keadaan setimbang, momen gaya yang dihasilkan oleh beban geser penanda dan batang tangkai tempat bergesernya adalah sama dengan momen gaya yang dihasilkan oleh beban terukur dan tangkainya.




D.  Bentuk lain dari neraca lengan gantung :
Prinsip penggunaannya sama tetapi penempatan benda yang akan diukurnya saja yang berbeda. Biasanya digunakan untuk benda yang ukurannya besar atau yang massanya besar sehingga tidak memungkinkan untuk penggunaan neraca lengan gantung.

E.  Neraca Jarum Berskala.
Neraca jenis ini biasanya digunakan dalam rumah tangga. Cara menggunaknnya pun sangat mudah. Anda tinggal menempatkan benda yang akan diukur massanya pada wadah yang berada pada bagian atas neraca, kemudian baca skala yang ditunjukan oleh jarum skala.
Jenis lain dari neraca ini adalah neraca pengukur massa badan.






F.   Neraca Digital
Neraca digital (neraca elektronik) ini sangat mudah digunakan. Anda tinggal menempatkan benda yang akan diukur massanya kemudian anda tinggal melihat angka yang ditunjukan pada layar. Tingkat ketelitiannya hingga 0,001g.
G. Neraca Pasar
yaitu neraca yang biasa digunakan di pasar-pasar tradisional, bentuknya seperti pada gambar di samping. Cara pemakaian neraca ini yaitu dengan meletakkan benda yang akan ditimbang di bagian yang berbentuk mirip baskom, lalu di bagian sebelahnya yang datar diletakkan bandul neraca yang hampir seimbang dengan bobot benda, selanjutnya lengan neraca akan bergerak dan hasil pengukuran dapat diketahui. 

Jenis Timbangan
Timbangan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan klasifikasinya. Jika dilihat dari cara kerjanya, jenis timbangan dapat dibedakan atas :
·         Timbangan Manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara mekanis dengan sistem pegas. Biasanya jenis timbangan ini menggunakan indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran massa yang telah terskala.
·         Timbangan Digital, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara elektronis dengan tenaga listrik. Umumnya timbangan ini menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka digital pada layar bacaan.
·         Timbangan Hybrit, yaitu timbangan yang cara kerjanya merupakan perpaduan antara timbangan manual dan digital. Timbangan Hybrid ini biasa digunakan untuk lokasi penimbangan yang tidak ada aliran listrik. Timbangan Hybrid menggunakan display digital tetapi bagian paltform menggunakan plat mekanik
Sedangkan berdasarkan penggunaannya, timbangan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
·         Timbangan Badan, yaitu timbangan yang digunakan untuk mengukur berat badan. Contoh timbangan ini adalah : timbangan bayi, timbangan badan anak dan dewasa, timbangan badan digital.
·         Timbangan Gantung, yaitu timbangan yang diletakkan menggantung dan bekerja dengan prinsip tuas.
·         Timbangan Lantai, yaitu timbangan yang diletakkan di permukaan lantai. Biasanya digunakan untuk mengukur benda yang bervolume besar.
·         Timbangan Duduk, yaitu timbangan dimana benda yang ditimbang dalam keadaan duduk atau sering kita ketahui Platform Scale.
·         Timbangan Meja, yaitu imbangan yang biasanya digunakan di meja dan rata-rata timbangan meja ini adalah Timbangan Digital.
·         Timbangan Counting, yaitu timbangan hitung yang biasa digunakan untuk menimbang barang yang berjumlah, jadi barang bisa timbangan persatuan sebagai contoh timbangan counting ini sering digunakan untuk menimbang baut, mur, Spare part mobil dan sebagainya.
·         Timbangan Platform, yaitu timbangan yang memiliki tingkat kepricisian lebih tinggi dari timbangan lntai, timbangan Paltform merupakan solusi dalam penimbangan di berbagai industri baik industri retail maupun manufacturing.
·         Timbangan Hewan/Ternak, yaitu jenis timbangan yang digunakan untuk menimbang hewan baik sapi, kerbau maupun kambing serta sejenisnya.
·         Timbangan Emas, yaitu jenis timbangan yang memiliki akurasi tinggi untuk mengukur massa emas (logam mulia).

III. Alat Ukur Waktu
Dalam kehidupan sehari-hari anda pasti pernah menyusun sebuah jadwal kegiatan. Dalam jadwal tersebut anda pansi mencantumkan waktu berlangsungnya kegiatan. misalnya dalam penyusunan jadwal pelajaran, pelajaran pertama adalah Fisika yaitu mulai pukul 07.30 - 08.15 wita kemudian istirahat 15 menit.
            Alat ukur waktu yang sering anda temukan dalam kehidupan sehari-hari adalah jam (jam dinding, jam bandul, jam tangan). Selain jam, alat ukur waktu yang paling sering digunakan dilabolatorium adalah stopwatch. Dari segi tampilan penunjuk waktu terdapat 2 jenis alat ukur waktu yaitu digital dan analog.
 3.1 Stopwatch
Stopwatch merupakan alat ukur waktu yang paling sering ditemui dilabolatorium. Terdapat 2 jenis stopwatch yaitu stopwatch digital dan stopwatch analog. Penggunaan stopwatch digital lebih mudah dibandingkan dengan stopwatch analog karena pada stopwatch digital hasil pengukuran dapat dibaca langsung dalam bentuk angka.
Secara umum stopwatch analog terdiri atas :
·         Tombol Start, Stop dan reset yang dipergunakan untuk memulai, menghentikan maupun mengulang pengukuran waktu.
·         Skala dalam detik, skala ini disusun melingkar dibagian pinggir dengan jarak antar skala 0,2 detik.
·         Jarum panjang, yang berfungsi sebagai penunjuk hasil pengukuran dalam detik.
·Skala dalam menit, skala ini disusun melingkar dengan jarak antar skala 1 menit.
·         Jarum pendek, yang berfungsi sebagai penunjuk waktu dalam menit.
Ketika jarum panjang bergerak 1 putaran penuh, maka jarum pendek akan bergerak 1 skala. karena 1 putaran jarum panjang = 60 detik, maka 1 menit = 60 detik. Dengan ketelitian 0,1 detik, maka stopwatch dapat dipergunakan untuk mengukur waktu  dengan lebih teliti (akurat) bila dibandingkan dengan jam (arloji).
Untuk mengukur waktu dengan menggunakan stopwatch dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
·         Siapkan benda yang akan diukur waktunya, misalnya anda ingin mengukur periode ayunan bandul..
·         Tekan tombol start untuk memulai pengukuran.
·         Jika ingin menghentikan pengukuran klik tombol stop (tombol ini menjadi satu dengan tombol start).
·         Selanjutnya baca hasil pengukuran yang anda peroleh, nyatakan hasilnya dalam detik. ( ingat 1 menit = 60 detik)
·         Jika ingin mengulang (memposisikan jarum stopwatch ke titik 0) maka tekan tombol reset (tombol ini juga menjadi satu dengan start maupun stop)
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan Stopwatch dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
v  Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh jarum panjang (ini merupakan hasil pengukuran dalam detik).
v  Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh jarum pendek  (ini merupakan hasil pengukuran dalam menit).
v  Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
vHasil = Pembacaan skala oleh jarum panjang + Pembacaan skala oleh jarum pendek. karena 1 menit = 60 detik, maka, hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai :
vHasil = {skala pada jarum panjang + (60 x skala pada jarum pendek)} detik.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
A.    Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Mempelajari alat ukur panjang dan ketebalan suatu benda dengan ketelitian tinggi (mikrometer sekrup), mempelajari gravitasi benda (statif), mempelajari dan menghitung masa suatu benda (Neraca).
2. Waktu praktikum : 19 Februari 2014
3. Tempat praktikum : Laboratorium IPA SMAN Jatinangor
4. Alat praktikum
4.1     Meja
4.2     Kursi
4.3     Micrometer skrup
4.4     Statif (tiang penggantung)
4.5     Neraca 3 lengan
4.6     Neraca duduk
4.7     Penggaris 2 buah
4.8     Pensil/pulpen
4.9     Buku tulis/kertas
4.10 Stopwatch
4.11 Bandul/uang koin(logam) yang diikat dengan benang




5. Bahan praktikum
5.1     Hp
5.2     Uang logam 500 rupiah
5.3     Pulpen
5.4     Tempat minum Tupperware
5.5     Tempat pensil

B. Langkah - Langkah Percobaan
1.    Siapkan alat dan bahan.
2.    Mengukur  massa benda menggunakan Neraca duduk :
v  Siapkan Handphone, Tempat pensil dan, Tempat Minum Tupperware yang akan diukur massanya.
v  Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar
v  Meletakkan benda yang akan diukur massanya
v  Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0.
v  Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka mulai membaca hasil pengukurannya.
v  Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh pemberat pada masing-masing lengan neraca.
v  Hasil pengukuran dinyatakan dengan Lengan 2 ditambah lengan 3  ditambah lengan 1.
v  Ulangi langkah diatas hingga benda semua yang digunakan terukur massanya.

Membaca hasil pengukuran neraca duduk dengan menjumlahkan setiap skala mulai dari yang besar hingga yang kecil agar lebih mudah seperti contoh di bawah ini
skala tengah        300 gram
skala belakang      80 gram 
skala  depan           2,5 gram
______________________ +
Hasil pengukuran  382,5 gram

3.    Mengukur  massa benda menggunakan Neraca 3 lengan (O’hauss) :
v  Siapkan Handphone, Tempat pensil dan, Tempat Minum Tupperware yang akan diukur massanya.
v  Melakukan kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar
v  Meletakkan benda yang akan diukur massanya
v  Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0.
v  Jika dua garis sejajar sudah seimbang maka mulai membaca hasil pengukurannya.
v  Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh pemberat pada masing-masing lengan neraca.
v  Hasil pengukuran dinyatakan dengan Lengan 4 ditambah lengan 3  ditambah lengan 2 ditambah lengan 1.
v  Ulangi langkah diatas hingga benda semua yang digunakan terukur massanya.



Membaca hasil pengukuran neraca 3 lengan (O’hauss) dengan menjumlahkan setiap skala mulai dari yang besar hingga yang kecil agar lebih mudah seperti contoh di bawah:
skala belakang        300 gram
skala kedua didepan dari yang belakang      80 gram 
skala kesatu di depan dari yang skala kedua         7    gram
skala  paling depan                                                0,9 gram
______________________ +
Hasil pengukuran  387,9 gram

4.    Mengukur ketebalan benda dengan menggunakan Mikrometer Skrup :
v Siapkan Handphone, uang logam 500 rupiah dan pulpen yang akan diukur ketebalanya.
v Buka kunci mikrometer skrupnya, jika sudah terbuka langsung saja ke point 2
v Cekter lebih dahulu micrometer sekrup yang akan digunakan, jika poros tetap dan poros geser dirapatkan dengan memutar "pemutar" ke arah kanan, skala utama harus menujukan nol. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pengukuran yang disebabkan oleh kerusakan alat.
v Buka rahang (poros geser) dengan memutar pemutar ke arah kiri, buka selebar mungkin agar benda yang akan diukur bias masuk
v Letakkan benda yang akan diukur lalu tutup kembali rahang dengan memutar "pemutar" ke arah kanan hingga benda yang akan diukur terjepit
v Kunci rahang dengan memutar pengunci hingga terdengar bunyi "klik".
v Lihat nilai terbesar yang ditunjukan oleh skala utama, skala ini dalam mm.
v Lihat nilai skala nonius, cara menentukan skala nonius adalah dengan menentukan garis skala nonius yang sejajar dengan garis tengah skala utama, kalikan nilai skala nonius dengan 0,01 (skala putar x 0,01)
v Jumlahkan nilai yang ditunjukkan angka skala utama dengan nilai yang ditunjukkan skala nonius

Membaca hasil pengukuran mikrometer skrup dengan menjumlahkan setiap skala mulai dari Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 mm) seperti contoh di bawah ini
skala utama                                                                             4,5   mm
skala nonius yang berimpit 46 mm dikali (x) 0,01 jadi 0,46 mm
______________________ +
Hasil pengukuran  4,96 mm

5.    Mengukur panjang tali yang diikatkan pada koin, simpangan, dan waktu  setiap ayunan koin menggunakan Statif kaki 3
v Gantungkan tali yang diikatkan di koin pada statif.
v Hitung panjang tali yang akan diayunkan dan buat perbedaan panjang, simpangan, waktu sebanyak 5 kali percobaan
v Mengukur panjang tali dari pusat bola ke titik gantung sepanjang 28 cm.
v Kemudian mengukur sudut simpangan bola sebesar 18˚ kemudian dilepas.
v Lalu menghitung waktu ayunan sekitar 30,84. Catat waktu untuk 25 ayunan dengan menekan stopwatch pada saat bandul dilepas.
v Mengulang prosedur diatas untuk :
1.    panjang tali 23 cm, simpangan 14˚ dan, waktu 25,92 detik
2.    panjang tali 20 cm, simpangan 22˚ dan, waktu 24,83 detik
3.    panjang tali 17 cm, simpangan 12˚ dan, waktu 22,23 detik
4.    panjang tali 11 cm, simpangan 9˚ dan, waktu 18,38 detik
v  Membuat tabel dari hasil yang diperoleh dan menghitung gravitasi benda.

6.    Catat hasil pengukuran di buku.tulis/kertas.
BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1    Statif ( mengukur gravitasi )
No.
Panjang tali (cm)
Sinpangan (cm)
Banyak getaran (n)
Waktu (detik)
1
28 cm
18 cm
25
30,84 s
2
23 cm
14 cm
25
25,92 s
3
20 cm
22 cm
25
24,83 s
4
17 cm
12 cm
25
22,23 s
5
11 cm
9 cm
25
18,38 s
4.2    Neraca duduk
No.
Objek
Massa (gram)
1
Handphone
109
2
Tempat Pensil
139
3
Tempat Minum
63
4.3    Neraca ohaus (3 lengan)
No.
Objek
Massa (gram)
1
Handphone
108,5
2
Tempat Pensil
137,9
3
Tempat Minum
61,7
4.4 Mikrometer Skrup
No.
Objek
Tebal (mm)
1
Handphone
11,1
2
Uang logam 500 rupiah
1,5
3
Pulpen
7,60



BAB IV
 KESIMPULAN DAN SARAN
A.  KESIMPULAN
1.    Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi) , dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.
2.    Dari percobaan yang kami lakukan untuk mengukur masa benda, hasil pengukuran dengan menggunakan Neraca 3 lengan lebih  teliti dari pada menggunakan neraca duduk.
3.    Memastikan bahwa dalam pengukuran, selalu terdapat ketidakpastian hasil pengukuran karena setiap orang memiliki prediksi hasil yang berbeda-beda dalam mengukur benda. Oleh karena itu, pada setiap alat ukur terdapat angka ketelitian. Jangka sorong memiliki angka ketelitian 0,05 mm, dan mikrometer sekrup memiliki angka ketelitian 0,01 mm.
4.    Ketidakpastian pengukuran adalah suatu rentan nilai dimana di sekitar nilai hasil pengukuran tersebut terdapat nilai sebenarnya dari besaran ukur. Nilai ketidakpastian dari suatu alat ukur diharapkan berada dibawah nilai yang telah ditentukan dalam table/pabrik sehingga dianggap masih mempunyai nilai akurasi yang tinggi untuk pengukuran. Digunakan hasil / nilai rata-rata yang kemudian dijadikan hasil pengukuran.
5.    Fungsi neraca Ohaus (3 lengan) sebagai alat untuk mengukur massa benda dan prinsip neraca Ohaus adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak timbangan atau prinsip kerja tuas.


B.  SARAN
1.    Sebelum percobaan dilakukan, sebaiknya alat-alat serta bahan-bahan yang digunakan diperiksa terlebih dahulu, apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Metode-metode yang digunakan dalam percobaan ada baiknya lebih bervariasi lagi sehingga lebih mudah dimengerti dan dipahami.
2.    Pada saat membaca membaca skala, baik pada Mikrometer sekrup, maupun neraca, kita harus teliti karena meskipun alat ukur yang kita gunakan sudah memiliki tingkat ketelitian yang tinggi namun terkadang kita salah dalam membaca maupun mengitung skala yang ditunjukan yang  akan berpengaruh pada perhitungan kita ke langkah selanjutnya.
3.    Pada saat menghitung skala utama dan skala nonius sebaiknya dicatat pada kertas atau buku agar tidak terlalu rumit menghitungnya.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.Alat Ukur.Diakses dari http://www.pengukuran.ac.id.
Giancoli, Douglas C. 2001.Fisika. Jakarta:Erlangga.
Halliday, David.1998. Fisika Jilid 1.Jakarta: Erlangga.
Istiyono, Eka.2005.Fisika. Klaten: PT Intan Pariwara.














1.      T =

1, 23 =
     =
     = 142,96

2.      T =

1, 04 = 
     =
     = 138,88
3.      T =

0, 99 = 
     =
     = 126,87

4.      T =

0, 89 = 
     =
     = 119,96



5.      T =

0, 74 = 
     =
     = 93,35






 =    
 = 2 x 3,14
1,23 = 6,28
  =
0,19 =
0,04 =
g =
g =
g = 7






 =    
 = 2 x 3,14
0,99 = 6,28
  =
0,16 =
0,03 =
g =
g =
g = 6,67










 =
 = 2 x 3,14
1,04 = 6,28
  =
0,17 =
0,03 =
g =
g =
g = 7,67






 =    
 = 2 x 3,14
0,89 = 6,28
  =
0,14 =
0,02 =
g =
g =
g = 8,5










 =    
 = 2 x 3,14
0,74 = 6,28
  =
0,12 =
0,01 =
g =
g =
g = 11





No comments:

Post a Comment