Saturday 22 March 2014

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck adalah film drama romantis Indonesia tahun 2013 yang disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri oleh Ram Soraya. Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Buya Hamka. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck mengisahkan tentang perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Diproduksi oleh Soraya Intercine Films, film ini antara lain dibintangi oleh Pevita Pearce, Herjunot Ali, Reza Rahadian, dan Randy Danistha.
Dengan biaya produksi yang tinggi, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films.Proses produksinya sendiri menghabiskan waktu selama lima tahun, dan penulisan skenarionya dilakukan selama dua tahun. Film ini dirilis pada tanggal 19 Desember 2013.
·         Sinopsis
Nusantara tahun 1930-an, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Di sana, ia bertemu dengan Hayati (Pevita Pearce), seorang gadis cantik jelita yang menjadi bunga di persukuannya. Kedua muda-mudi itu jatuh cinta. Namun, adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta mereka berdua. Zainuddin hanya seorang melarat yang tak bersuku; karena ibunya berdarahBugis dan ayah berdarah Minang, statusnya dalam masyarakat Minang yang bernasabkan garis keturunan ibu tidak diakui. Oleh sebab itu, ia dianggap tidak memiliki pertalian darah lagi dengan keluarganya di Minangkabau. Sedangkan Hayati adalah perempuan Minang santun keturunan bangsawan.
Pada akhirnya, lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya terpandang yang lebih disukai keluarga Hayati daripada Zainuddin. Kecewa, Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah Minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Tetapi sebuah peristiwa tak diduga kembali menghampiri Zainuddin. Di tengah gelimang harta dan kemasyhurannya, dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Pada akhirnya, kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya; Hayati pulang ke kampung halamannya dengan menaikikapal Van der Wijck. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Hayati tenggelam. Sebelum kapal tenggelam, Zainuddin mengetahui bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya.
·         Kritik terhadap film tenggelamnya kapal van der wijck menurut saya :

Ø It’s a classic love story.
Ø Saya telah menikmati film berdurasi terpanjang di Indonesia ini ”Filmnya salah fokus. Sesuai novel mestinya membahas Zainudin yang tak bersuku dijelaskan dari segi keturunan ayah atau ibunya, tetapi dalam film malah fokus ke penghianatan cinta Hayati,” tambahnya.
Ø Dalam film ini budaya minang seakan dipojokkan ke arah yang negatif. Pernyataan saya ini diperkuat dengan adanya beberapa adegan dalam film yang menyudutkan  budaya Minangkabau. Dalam film  diceritakan  Ninik mamak Minangkabau melarang pernikahan antara pemeran Zainudin dan Hayati dikarenakan salah satu dari mereka bukan asli keturunan minang serta faktor sosial lain. Adanya perbedaan ini memaksa mereka membatalkan niat untuk menikah.
Ø Kejanggalan lain juga dirasakan oleh saya karena ada beberapa momen sedih di film malah diselipkan humor yang mengubah airmata penonton menjadi tertawa terbahak-bahak.
Ø Film ‘Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck’ jadi sebuah karya paling ambisius serta termahalnya. Bukan hanya soal bangunan set kapal yang kabarnya benar-benar meliputi riset panjang ke perusahaan aslinya di Belanda, tapi trailer-nya juga sudah tampil dengan kemegahan berbeda dari film-film nasional lain yang pernah ada. Tudingan banyak pihak tentang inspirasi dari ‘Titanic’ tapi ini sekaligus jadi daya tarik penonton agar penasaran”.
Ø Dipimpin oleh tiga penampilan dari Herjunot Ali, Pevita Pearce dan Reza Rahadian yang mampu menciptakan chemistry yang begitu erat satu sama lain, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck juga hadir dengan kualitas departemen akting yang cukup solid. Seperti biasa, Reza Rahadian tampil tanpa cela. Ketika Herjunot Ali dan Pevita Pearce masih terlihat berusaha keras untuk menghidupkan karakter mereka, Reza Rahadian tampil dengan begitu mudah dalam memerankan sosok Azis. Pevita Pearce juga berhasil menunjukkan kemampuan aktingnya dengan baik. Meskipun karakter Hayati yang ia perankan masih terasa belum begitu matang pengembangannya, namun Pevita mampu menampilkan sosok gadis yang hidup pada era 1930an dengan problema pertentangan antara adat istiadat dan asmara hatinya dengan penampilan yang akan mampu menyayat hati. Namun, penampilan terkuat dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijckjelas hadir dari Herjunot Ali. Herjunot berhasil memberikan sentuhan emosional yang cukup mendalam bagi karakternya, melafalkan dialog-dialog puitis yang diberikan pada karakternya dengan baik serta menjadikan karakter Zainuddin begitu mudah untuk mendapatkan simpati para penonton. Penampilan akting lain yang cukup memberikan kejutan hadir dari Randy Nidji yang meskipun baru melakukan debut aktingnya, namun berhasil memberikan penampilan yang begitu meyakinkan.
Ø Kesuksesan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck jelas juga tidak lepas dari kemampuan Sunil Soraya dalam memberikan ritme penceritaan yang sesuai dengan sebuah film yang memiliki begitu banyak plot cerita. Dalam durasi presentasi film sepanjang 163 menit, Sunil Soraya mampu menggarap setiap bagian penceritaan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijckdengan begitu lancar, terus mengikuti fokus yang telah ditetapkan pada setiap kisah yang hadir dari tiap-tiap karakter sehingga akan berhasil memberikan ikatan emosional yang mendalam pada setiap penontonnya. Jauh dari kesan membosankan yang biasanya selalu menghantui film-film Indonesia berdurasi lebih dari 120 menit. pada tata cara penggarapan Sunil Soraya untuk beberapa adegan juga terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas penceritaan film. Sunil Soraya tidak serta merta meniru namun berhasil memodifikasi dan memanfaatkannya untuk menjadikan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck tampil lebih menarik.
Ø Meskipun sama sekali bukanlah sebuah presentasi yang sempurna, Sunil Soraya berhasil memberikan sentuhan terbaik pada Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang merupakan hasil adaptasi dari novel legendaris Indonesia berjudul sama karya Buya Hamka. Didukung dengan naskah cerita yang secara padat dan kuat berhasil merangkum versi novel dari film ini – meskipun beberapa bagian tetap saja dapat dihilangkan guna meringkas jalan penceritaan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck tampil begitu lancar dalam bercerita sehingga mampu menghasilkan banyak momen yang mengharu biru dari kisah cinta yang dihadirkannya. Didukung dengan penampilan yang solid dari departemen akting serta kualitas tata produksi yang meyakinkan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah sebuah film epik romansa berkelas sekaligus emosional yang begitu sulit ditemukan (atau dicapai?) pada film-film Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

·         Kritik terhadap film tenggelamnya kapal van der wijck menurut orang lain dalam situs web google :

Ø Haryadi tidak tahu apa maksud sutradara film menggambarkan seorang sosok gadih (gadis) Minang yang dilakoni Pevita Pearce dengan pakaian seperti itu. Setahu dia dan yang dipelajari dari sejarah, gambaran seorang sosok gadih Minang di Film tersebut yakni sosok Nurhayati yang dilakoni Pevita Pearce bukanlah gambaran gadih Batipuh layaknya Gadih Minang di zamannnya yang kental dengan nilai-nilai agama Islam jika itu terjadi pada tahun 1930-an. Bahkan yang sangat keliru sekali, kata Haryadi, dalam film tersebut begitu mudah seorang sosok gadih Minang yakni seorang Nurhayati (Pevita Pearce) melepas kerudungnya hanya karena cinta.
Ø "Jangan sampai kisah yang baik di masa lalu dikaburkan dengan kondisi-kondisi kekinian, ini akan dapat mengarahkan generasi muda tidak bisa memaknai sejarah. Sedangkan gambaran kegigihan tokoh anak muda Minang yang digambarkan gigih belajar dan menuntut ilmu untuk bisa sukses dan berhasil seperti yang digambarkan Zainuddin itu sangat bagus, namun gambaran sosok Aziz yang berkolaborasi dengan Belanda dengan gambaran suka mabuk-mabukan dan main judi itu perlu dikoreksi. Lagi-lagi itu tidak relevan dengan kondisi pada masa itu yang lagi kental-kentalnya ABS-SBK di Minangkabau," demikian Haryadi. 
Ø Setelah poster film ini dirilis, sejumlah masyarakat Minang yang tergabung dalam sebuah grup di jejaring sosial Facebook memrotes poster film ini yang menurut mereka tidak sesuai dengan adat dan budaya Minang yang sangat menjunjung tinggi ajaran Islam. Mereka mengklaim bahwa poster ini merupakan bentuk "pemerkosaan terhadap karya Hamka, karena Nurhayati yang diperankan oleh Pevita Pearce merupakan gadis Minang yang kuat adat dan agama, tidak memakai baju terbuka seperti yang ada di poster.
Ø Overall, aku ingin mengatakan bahwa film ini jelas masuk dalam kategori wajib tonton. Film ini mungkin tidak mampu membuatmu terharu biru, layaknya Habibie Ainun, namun film ini jelas akan lebih dari mampu untuk membuatmu terpukau dan tidak sanggup bernafas selama menontonnya. Segeralah pergi ke bioskop jika belum menonton, atau jika film ini sudah tidak ada lagi, tunggulah dengan sabar VCD originalnya, dan belilah. Percayalah, kamu tidak akan mau melewatkan salah satu film terbaik yang pernah dibuat oleh bangsa ini.


No comments:

Post a Comment